Rabu (18/09), 10 finalis lomba gitar solo FLS2N 2019 sukses membawakan dengan baik aransemen lagu tantangan tim juri yang berjudul Malam Tiba, karya Ibu Soed. Selain lagu Malam Tiba para peserta juga memainkan lagu dari daerah masing-masing. Kesepuluh finalis terpilih usai babak penyisihan Selasa (17/09), berasal dari Bali, Lampung, Jateng, NTB, Jawa Barat, Bangka Belitung, Jambi, D.I Yogyakarta, Banten, dan DKI Jakarta. Penampilan mereka dianggap menarik oleh tiga orang juri gitar solo yaitu Joko Widodo, Jubing Kristianto dan Endah Widiastuti (Endah n Resha).
Maestro Gitar Indonesia, Jubing Kristianto mengatakan seluruh peserta tahun ini memiliki penampilan yang hampir sama rata bagusnya. Terlebih lagi 10 terbaik ini adalah siswa-siswa yang memang memiliki performance yang bagus. “Kami cukup kesulitan menentukan 10 besar, tapi setelah melihat penampilan mereka di final, kami tidak salah pilih. Tahun ini memang sudah mulai banyak penampilan-penampilan yang bagus, semoga seleksinya sudah mulai berjalan baik. Daerah-daerah timur pun skill gitarnya sudah mulai bagus tidak kalah dengan penampilan daerah seputaran jawa seperti Papua, Papua Barat, NTB, dan beberapa lainnya. Selama 4 (empat) tahun keikutsertaan saya sebagai juri dalam FLS2N, perkembangannya sudah cukup pesat dan kualitasnya semakin baik.†Ujarnya.
Pada babak final para peserta diberikan lagu tantangan berjudul Malam Tiba dari Ibu Soed, dengan notasi dan lirik yang masih mentah. Hal ini menjadi salah satu cara juri dalam merangsang kreatifitas peserta. “Nah, disini challenge-nya. Makna yang ingin kita tanamkan adalah kalau kalian berusaha dan bekerja keras itu semua bisa dilakukan. Hasilnya cukup bagus dan memuaskan. Mereka berhasil mengubahnya menjadi suatu karya instrumental yang baik dalam waktu yang singkat. Disini tuntutannya bukan untuk mereka pamer teknik, tapi mereka harus bisa menampilkan suasana malam lewat gitar sesuai dengan lirik lagunya. Jadi seolah-olah ada visualisasi, kerja keras ini yang harus dilakukan peserta, menyampaikan musik lewat gitar tanpa kata-kata.†Tambah Jubing.
Sangat terlihat usaha keras mereka menciptakan satu komposisi yang menarik dan berbeda dengan note aslinya, lanjut Jubing. Terlepas ada kelemahan disana-sini tapi usaha mereka patut kita hargai. Lagu daerah yang pendek dapat mereka mainkan menjadi instrumen yang panjang melalui media gitar. Terlihat penonton sangat menikmati persembahan demi persembahan gitar solo yang dimainkan oleh siswa-siswi SMA 34 provinsi se-Indonesia baik pada babak penyisihan maupun final. Bahkan begitu peserta mengakhiri petikan gitarnya, tepuk tangan dari penonton pun kerap menghiasi akhir penampilan mereka.
Musisi Endah and Resha menyebutkan, penilaian utamanya adalah aspek musikalitas, kedua teknik, ketiga aransemen, dan terakhir performance. Meskipun lomba main gitar tapi yang dinilai adalah musiknya, karena gitar adalah sebagai salah satu alat musik. “Karena bagus-bagus jadi semakin susah menilainya. Justru tolak ukur dari kegiatan ini tercapai, karena semakin meningkat kemampuan peserta setiap tahunnya.†Tambah Endah.
Kepada peserta, Jubing menjelaskan bahwa mereka jangan sampai berpikir terlalu berat sehingga harus menang dan harus juara, tapi yang paling penting menurutnya adalah tampil menyuguhkan musik yang terbaik, soal menang atau kalah sudah tidak perlu dipikirkan karena memang semuanya sudah berlatih keras.“Jadi sudah tidak mungkin kita memperbaiki dalam satu hari untuk menjadi lebih hebat dari kemarin, karena yang akan ditampilkan itu hasil latihan dari sekian lama, jadi sudah tidak mungkin diubah lagi. Sekarang yang penting enjoy aja di atas panggung, nikmati,†jelasnya dalam workshop bersama peserta usai lomba.
Adriel Nindya Bhagawanta, peserta gitar solo asal Surakarta bertekad memberikan yang terbaik untuk provinsinya. “Bisa masuk sepuluh besar itu rasanya senang banget, karena saat tampil penyisihan kemarin rasanya belum maksimal karena masih ada beberapa yang salah kunci. Saya coba perbaiki kesalahan itu saat tampil di 10 besar dan membuktikan bahwa saya bisa tampilkan yang terbaik,†ujar Adriel.
Tampil mewakili provinsi yang menjadi juara umum tahun lalu di ajang FLS2N dirasakan cukup berat oleh Adriel. Namun Ia mengaku bangga bisa mewakili Jawa Tengah di tingkat nasional dan meyakinkan diri untuk melakukan yang terbaik bagi provinsinya. “Kalah menang bukan utama, sudah diberi kesempatan untuk ikut dan mendapatkan banyak pengalaman saja sudah luar biasa. Mendapatkan teman-teman baru dan juga berbagi wawasan serta pengetahuan yang sama dalam solo gitar. Khususnya yang tak bisa digantikan dengan apapun adalah bertemu denganmaestro-maestro gitar yang hebat seperti Mas Jubing dan Mbak Endah. Mereka sangat menginspirasi sekali,†tambah Adriel.
Teks : rnd
Foto : rnd/tri/hono/febi
Penulis |  :  | |
Editor |  :  | l0wtun3 |
Dilihat |  :  | 1194 kali |
Materi pemahaman akan semangat kebhinekaan perdamaian dan non diskriminasi dalam Pembinaan Kerohanian tingkat SMA 2019