#
Direktorat Sekolah Menengah Atas
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah

Memasyaratkan Ilmu Astronomi Melalui Ajang OSN

#

Potensi besar para siswa bidang astronomi di ajang OSN, tak perlu diragukan lagi. Prestasi gemilang pun sudah didapat di ajang Olimpiade Astronomi Internasional. Untuk itulah para pembina, guru sekolah, dan siswa begitu giat meningkatkan kualitas dan mendorong diri mereka untuk maju. Tak heran kalau bidang astronomi OSN 2014 diharapkan kembali menemukan bakat-bakat besar.

Sejak teknikal meeting sudah terlihat jelas para siswa bidang astronomi diarahkan dengan ketat. Para peserta OSN akan mengerjakan soal berformat sejenis dengan ajang olimpiade. "Akan ada 3 ronde, teori, analisa data, dan  praktik observasi. Ujian teori dilakukan tersendiri, tapi ujian analisa data dan praktik observasi dilakukan secara pararel. Dalam praktik observasi  siswa diuji menggunakan teleskop dan beberapa soal. Ujian observasi dilakukan secara bersamaan dengan ronde analisis data," jelas Dr. Hakim L. Masalan, M.Sc. Para siswa akan melakukan ujian analisa data selama 4 jam. Secara bergantian mereka akan melakukan ronde observasi selama 15 menit.

Dalam pelaksanaan ujian, karena satu kendala teknis, ujian outdoor yang semula dilakukan di sebuah lapangan terbuka di Universitas Mataram, terpaksa dilakukan indoor. "Bahan ujiannya otomatis diganti, tapi tetap menggunakan teleskop dan melihat sebuah obyek," jelas Hakim.

Menurut Hakim meski tak ada  pelajaran astronomi di sekolah, prestasi jebolan OSN selalu membanggakan. "Anak-anak kita selalu diperhitungkan sejak ikut Olimpiade. Astronomi 2004. Tanpa pembimbing pun mereka sudah berprestasi. Tidak adanya astronomi di sekolah itulah yang membuat kenapa kita tidak bisa seperti Iran misalnya yang selalu memperoleh emas. Mereka ada pelajarannya di sekolah," ulas Hakim. Harapan Hakim serta para pembina olimpiade astronomi, para pelajar mesti didorong untuk mempelajari astronomi sejak mereka muda. Karena pada hakikatnya astronomi adalah sains.

Melalui ajang OSN, Hakim dan para pembina melakukan sosialisasi atau pengenalan. Menurutnya sejak tahun 2006 astronomi kian populer. Terbukti makin banyaknya klub astronomi di sekolah-sekolah. Ini menunjukan bahwa animo anak muda makin tinggi. "Tantangannya adalah kita harus juga bisa menyediakan lembaga pendidikan untuk mereka."

Mentoring atau tutorial dianggap penting untuk para siswa. "Meski astronomi populer, tapi penyebarannya belum merata. Masih yang dekat dengan pusat yang mengenal astronomi. Beberapa propinsi yang sukses di OSN bidang astronomi seperti di Jawa Tengah memanfaatkan alumninya untuk memberi bimbingan. Menjelang OSN mereka melakukan pelatihan," terang Hakim. Ada juga sekolah yang memanfaatkan alumni OSN untuk mensosialisasikan astronomi di sekolah mereka dalam acara career day. Mereka memperkenalkan profesi astronomi bagaimana jenjang kariernya.
melalui sosialisasi seperti inilah orang menempatkan astronomi di tempat yang benar.

"Justru tak banyak orang yang tahu astronomi berkaitan dengan penentuan hilal 1 Ramadhan. Astronomi selalu ditempatkan sebagai perhitungan zodiak. Dengan hal-hal yang masih superstisious."

Menurut Hakim dibalik OSN  sebenernya terbuka kesempatan untuk guru-guru meningkatkan kemampuan mereka. Sebagian sudah dilakukan tapi sifatnya masih top down dari direktorat. "Kami mengharapkan bottom up."  Semoga di ajang Olimpiade Astronomi Internasional makin banyak
menuai emas. (Hari / foto Asmara)

Penulis  : 
Editor  : 
Dilihat  :  459 kali