Gagasan tentang pentingnya pendidikan untuk mengembangkan potensi daerah berkembang sebelum munculnya gerakan reformasi tahun 1998 (Arifin, 2006). Pendidikan yang sesuai dengan potensi daerah dan lingkungan, kemudian dirumuskan sebagai pendidikan yang berbasis keunggulan lokal. Satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal merupakan paradigma baru di Indonesia dalam mengembangkan potensi suatu daerah agar bisa memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Menurut Williams (2008), pendidikan berbasis keunggulan lokal memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut;
Setiap daerah memiliki potensinya masing-masing dan bisa berbeda-beda tiap daerah satu dengan daerah yang lain. Potensi ini yang seharusnya menjadi basis pengembangan kesejahteraan masyarakat. Dan untuk itu, tujuan pendidikan juga harus diarahkan untuk menunjang pengembangan potensi daerah. Pendidikan tidak dapat diterapkan secara seragam, karena tujuan pendidikan harus diambil dari masyarakat di mana pendidikan itu berlangsung (Sugestiyadi, 2011). Pendidikan selain mengacu pada kepentingan nasional, juga harus memperhatikan kearifan lokal yang dimiliki tiap daerah dan memperhatikan kebutuhan serta potensi lokal sesuai dengan daerah masing-masing (Depdiknas, 2003).
Keunggulan lokal adalah segala potensi yang ada di daerah dan menjadi karakteristik daerah tersebut. Keunggulan lokal dapat digunakan sebagai bahan untuk terus dikembangkan di setiap daerah dan menjadi barometer pengembangan suatu daerah (Kemdikbud, 2010). Penerapan pendidikan berbasis keunggulan lokal dalam pendidikan formal ada dua cara, yaitu melalui pelajaran muatan lokal atau dengan memasukkan ke dalam mata pelajaran kewirausahaan yang sesuai dengan potensi daerah (Suryana, 2013). Untuk itu perlu dikaji dan analisis keunggulan lokal berdasarkan kekuatan dan kelemahan sekolah.
Dengan menganalisa kekuatan (strengh) dan kelemahan (weakness) yang dimiliki sekolah serta pemahaman akan ancaman (threat) dan peluang (opportunity) dimaksudkan untuk mengetahui secara lebih detail kondisi internal dan eksternal perusahaan. Dengan mengenali karakteristik lingkungan usahanya, diharapkan setiap bisnis unit mampu memanfaatkan setiap peluang yang timbul dan dapat mengantisipasi setiap kemungkinan buruk yang akan dihadapi oleh sekolah dengan core competencies yang dimilikinya.
Dalam merumuskan rencana strategis untuk meningkatkan mutu sekolah diperlukan alat analisa. Adapun alat analisa yang sering digunakan adalah analisa SWOT. SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats. Rangkuti (2009) menjelaskan Strengths adalah beberapa hal yang merupakan kelebihan dari sekolah yang bersangkutan. Weaknesses adalah komponen- komponen yang kurang menunjang keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang ingin dicapai sekolah. Opportunity adalah kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai apabila potensi-potensi yang ada di sekolah mampu dikembangkan secara optimal. Threats adalah kemungkinan yang mungkin terjadi atau pengaruh terhadap kesinambungan dan keberlanjutan kegiatan penyelenggaraan sekolah. Berikut ini adalah diagram analisis SWOT.
Keterangan:
Sel A: Comparative Advantages Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat.
Sel B: Mobilization Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk Comparative Advantage Divestment/Investment Damage Control Mobilization memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.
Sel C: Divestment/Investment Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi).
Sel D: Damage Control Sel ini merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.
Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (2008) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
Keterangan:
Sebagai contoh dilakukan analisis SWOT pada SMA Kewirausahaan, bertujuan untuk:: 1. Mendeskripsikan faktor apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam meningkatkan mutu di SMA Kewirausahaan; 2. Menyusun strategi yang perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu SMA Kewirausahaan berdasarkan analisis SWOT. Hasil Analisis SWOT SMA Kewirausahaan, meliputi Internal Factor Analysis (IFA)dan Eksternal Factor Analysis (EFA) untuk aspek Input, Proses, dan Output.
Dari hasil matrik IFAS dan EFAS diketahui skor akhir IFAS adalah 1,01 dan total skor akhir EFAS adalah 0,80. Hasil tersebut kemudian ditunjukkan melalui matrik SWOT di bawah ini:
Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut maka rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya peningkatan mutu sekolah untuk aspek input di SMA Kewirausahaan adalah sebagai berikut: (1) Mengembangkan lingkungan sekolah menuju komunitas belajar yang ideal, yaitu melalui program 7 K (Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kerindangan, Keamanan, Kenyamanan, dan Kekeluargaan); (2) Membentuk klub-klub prestasi untuk mengembangkan potensi peserta didik, baik dari sisi akademis ataupun non akademis; (3) Mengoptimalkan peran kepala sekolah dalam memberdayakan dan melatih kepemimpinan dan manajerial tenaga pendidik dan dan tenaga kependidikan; (4) Pengembangan fasilitas sekolah berbasis TIK sebagai sarana untuk belajar peserta didik; (5) Dibentuk Tim Evaluasi program dan kegiatan sekolah secara efektif dan efisien.
2. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek Proses
Setelah mengidentifikasi berbagai faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk aspek proses kemudian diberi bobot dan skor maka hasil perhitungan untuk total skor akhir adalah sebagai berikut ini:
Dari hasil matrik IFAS dan EFAS diketahui skor akhir IFAS adalah 1, 05 dan total skor akhir EFAS adalah 0,70. Hasil tersebut kemudian ditunjukkan melalui matrik SWOT di bawah ini:
Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut maka rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya peningkatan mutu sekolah untuk aspek prosesdi SMA Kewirausahaan adalah sebagai berikut: (1) Mengoptimalkan kegiatan-kegiatan pengembangan profesi guru baik di tingkat lokal sekolah ataupun di luar sekolah dengan menitikberatkan kualitas bukan sekedar mengikuti kegiatan sebagai formalitas; (2) Mengembangkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, sesuai dengan K.13; (3) Dibentuk Tim Evaluasi yang efektif dan efisien untuk memantau dan memastikan kemampuan profesi guru berkembang dari sisi kualitas; (4) Mengoptimalkan program dan kegiatan ekstrakurikuler mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi untuk mencapai target-target yang diharapkan; (5) Lebih meningkatkan kerjasama dengan pengajar atau pelatih dari luar sekolah untuk mengoptimalkan mutu prestasi non akademis (ekstrakurikuler); (6) Supervisi dan monitoring efektif dan efisien yang dilakukan oleh kepala sekolah.
3. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek Output
Setelah mengidentifikasi berbagai faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk aspek output kemudian diberi bobot dan skor maka hasil perhitungan untuk total skor akhir adalah sebagi berikut ini:
Dari hasil matrik IFAS dan EFAS diketahui skor akhir IFAS adalah 0,50 dan total skor akhir EFAS adalah 0,90. Hasil tersebut kemudian ditunjukkan melalui matrik SWOT di bawah ini:
Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut maka rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya peningkatan mutu sekolah untuk aspek output di SMA Kewirausahaan adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan prestasi non-akademis sekolah dengan seoptimal mungkin; (2) Meningkatkan pembelajaran yang menitikberatkan pada pembangunan karakter peserta didik untuk membangun image positif; (3) Membangun jaringan alumni yang lebih efektif dan terorganisir; (4) Melakukan terobosan-terobosan untuk percepatan pencapaian prestasi akademis.
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perencanaan strategis yang disusun secara sistematis berdasarkan analisis SWOT dapat menghasilkan produk renstra yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah. Hal itu sesuai dengan pendapat Rangkuti (2009) yang menjelaskan dengan analisis SWOT dapat diketahui Strengths atau hal-hal yang merupakan kelebihan dari organisasi; Weaknesses atau komponen-komponen yang kurang menunjang keberhasilan penyelenggaraan organisasi; Opportunity atau kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai apabila potensi-potensi yang ada dalam organisasi mampu dikembangkan secara optimal, dan Threats atau kemungkinan yang mungkin terjadi atau pengaruh terhadap kesinambungan dan keberlanjutan organisasi. Melalui analisis SWOT pula dapat diketahui pada posisi kuadran manakah organisasi yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa baik pada aspek input, proses maupun output semuanya berada pada kuadran S-O yang bermakna bahwa organisasi tersebut kuat dan berpeluang untuk memenangkan persaingan dan rekomendasi strategi yang diberikan adalah progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
Berdasarkan hasil SWOT ini diharapkan penyusunan renstra dapat menjadi titik tolak peningkatan mutu sekolah, mengevaluasi diri dengan analisis SWOT akan semakin memantapkan pijakan perencanaan. Sekolah akan tahu persis dititik mana posisinya berada dengan segala kelebihan, kekurangan, peluang, dan hambatan yang dimiliki, dengan demikian perencanaan akan lebih matang. Sehingga tidak ada istilah, renstra hanya sebagai formalitas pelengkap administrasi. Tidak adalagi menyusun renstra dengan mengcopy renstra sekolah lain, karena tiap sekolah pasti memiliki analisis SWOT yang berbeda. Jika sekolah sadar akan betapa pentingnya sebuah renstra untuk peningkatan mutu sekolah, maka seyogyanya sekolah harus berbenah dan serius dalam menyusun renstra. Seperti pepatahs aat orang gagal merencanakan, maka ia sedang merencanakan kegagalan. Begitu juga saat sekolah gagal menyusun renstra, maka jangan berharap bahwa mutu sekolah akan meningkat.
Junus Simangunsong
Direktorat Sekolah Menengah Atas
junussim@gmail.com
Penulis |  :  | |
Editor |  :  | |
Dilihat |  :  | 925 kali |
Pembaruan Pengelolaan Kinerja Guru Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Tahun 2025 Resmi Dirilis