#
Direktorat Sekolah Menengah Atas
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah

OPSI 2015 Perkuat Metodologi Penelitian

#


"Untuk ukuran anak SMA, penelitian yang telah dibuat mengagetkan. Di usia mereka yang belum genap 20 tahun, sudah bisa membuat penelitian seperti itu. Bahkan, tim dewan juri mengaku penelitian yang dibuat siswa tidak pernah terpikirkan sebelumnya," kata Juri Bidang Ilmu Pengetahuan Alaman (IPA) Dr. Hendrawan yang juga dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Pendidikan Indonesia  ketika ditemui di sela penjurian OPSI 2015 di Airlangga Convention Centre, Kampus C Universitas Airlangga, Rabu (14/10).
Hendrawan menuturkan, saat menilai karya siswa banyak penelitian yang unik dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Ia bersama juri lainnya sangat berhati-hati menilai karena penelitian sangat baik. Hal ini dilakukan supaya bisa memilih juara, mendapatkan terbaik dari yang terbaik.  Ia mengungkapkan, tim juri menilai aspek pertanyaan penelitian, desain dan metodologi, eksekusi penelitian (meliputi koleksi data, analisa dan penafsiran), kreativitas dan presentasi.
"Kami sangat mendalam saat bertanya pada sesi presentasi siswa. Ini dilakukan untuk mengetahui, penelitian tersebut berasal dari siswa atau dari guru pendamping. Jangan sampai siswa hanya menjadi presenter saja," ujar Hendrawan. 
Kedepankan Metodologi Penelitian
Hendarawan menilai, penelitian dari siswa masih belum kuat dari segi metodologi. Ini sangat wajar karena metodologi penelitian belum diajarkan komprehensif di bangku SMA. Oleh karenanya ia meminta agar ada jejaring antara sekolah dan universitas berwujud School University Partnership.

"Dalam salah satu isi Tri Dharma Perguruan Tinggi, kampus diwajbkan melakukan pengabdian kepada masyarakat. Hal ini bisa diwujudkan dalam pendampingan dan pembimbingan siswa-siswa yang minat melakukan penelitian," ujar Hendrawan. 
Hendrawan berharap ajang OPSI bisa menjadi basis pendidikan karakter. Dari OPSI siswa didorong sebagai pencari ilmu, bukan sebagai pengguna ilmu. Diharapkan hal ini bisa menjadi karakter bangsa Indonesia. 
Hal senada dikemukakan Juri Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora Dr. Untung Yuwono. Dosen Program Studi Bahasa Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia ini menuturkan, ia terpesona dengan ide-ide penelitian dari siswa. Sayangnya, ide cemerlang itu belum diimbangi dengan kurang tajamnya perumusan masalah dan pertanyaan penelitian. 
"Ada kesan menyederhanakan rumusan masalah. Ini terjadi karena siswa kurang dibekali literatur yang memadai dan relevan dengan penelitian," terang Untung seraya menuturkan jurnal internasional masih belum digunakan menjadi referensi dalam penelitian. "Padahal jurnal internasional yang sudah terakreditasi bisa meningkatkan kesahihan dan kualitas penellitian."  
Pihaknya mengakui jejaring sekolah dengan kampus masih belum terjalin dengan baik. Oleh karenanya pihaknya sangat menghargai adanya inisiasi dari sejumlah pihak untuk membentuk  forum peneliti muda indonesia (Formind).
"Bahkan jika perlu dibuat jurnal siswa untuk mewadahi penelitian para siswa. Diharapkan dengan cara ini bisa menumbuhsuburkan semangat meneliti di kalangan siswa," terang Untung seraya menuturkan, dari bidang IPS sejatinya banyak fenomena sosial di seantero Indonesia yang bisa diangkat menjadi penelitian.

Teks/Foto :  Junianto Budi Setyawan/Hono Mustanto

Penulis  : 
Editor  : 
Dilihat  :  286 kali