Penyusunan Naskah Resiliensi Sekolah dalam Menghadapi Bencana

Menurut para pakar kebencanaan, sebagian besar wilayah Indonesia rawan bencana karena berada pada cincin api. Untuk itu, kita perlu memberikan pembinaan pada satuan pendidikan di daerah-daerah yang rawan bencana. ‘’Resiliensi menjadi kesiapsiagaan kita dalam menghadapi bencana. Kita perlu menyusun norma, kriteria atau panduan dengan tujuan agar satuan pendidikan dapat memetakan ancaman bencana dan kondisi dirinya untuk mengantisipasi, menghadapi, dan menangani bencana.’’ Demikian dikatakan Direktur SMA, Direktorat SMA Ditjen PAUD-Dikdasmen, Kemdikbud Ristek, Suhartono Arham, saat memberikan arahan kepada peserta dan undangan kegiatan Penyusunan Naskah Resiliensi Sekolah dalam Menghadapi Bencana yang dilaksanakan pada tanggal 21 s.d. 23 April 2022. Direktur SMA juga berpesan agar dalam penyusunan naskah tersebut perlu melibatkan pemangku kepentingan lainnya, seperti dinas pendidikan provinsi yang memiiliki wewenang dan tanggung jawab pengelolaan satuan pendidikan menengah atas.

Kegiatan penyusunan naskah resiliensi sekolah dalam menghadapi bencana melibatkan sosok yang sangat berpengalaman dalam pengkajian dan penerapan strategi-strategi resiliensi atas kebencanaan dan praktisi lainnya. Mereka adalah Prof. Dr. Siti Irene Astuti Dwiningrum, Dr. Suwarto, Dr. Dyah Respati Suryo Sumunar, Dr. Harizal, dan Dr. Aria Mariany. Pelibatan mereka adalah untuk memberikan masukan agar naskah akhir nantinya benar-benar tepat guna.

Resilinsi sendiri secara longgar dapat diartikan sebagai kemampuan mengatasi, melalui, dan kembali ke kondisi semula setelah mengalami kejadian yang menekan atau membebani.